Rabu, 17 November 2010

Musik, Kenangan, dan Pendengarnya


Saya pernah duduk bersama seseorang yang dimuliakan Tuhan dengan suaranya yang merdu. Ia juga mempunyai pengetahuan tentang hakikat dan pengaruh lagu terhadap manusia. Saat itu saya menyaksikannya melantunkan sebuah lagu, dan orang-orang di sekitarnya mendengarkan dengan penuh perasaan.
Mereka terlihat seperti anak kecil yang menahan nafasnya. Mereka terhenyak dalam keheningan, bagaikan para penyair yang tunduk pada kekuatan Sang Pencipta. Mereka seperti menerima rahasia-rahasia yang belum pernah mereka kenal, sehingga ketika sang penyanyi selesai dengan lagunya, mereka berseru dengan desahan panjang: “Aah..!!!, Aah..!!!”.
“Aah..!!!”, adalah suara kekaguman yang berasal dari lubuk kalbu, karena perasaan yang tersembunyi di dalamnya telah dibangkitkan oleh lagu-lagu itu. Desahan kekaguman itu terasa sangat nikmat. “Aah..!!!”, adalah keluhan yang didesahkan oleh kalbu-kalbu yang merdeka, yang dibangkitkan oleh kenangan-kenangan masa silam. “Aah..!!!”, adalah kata-kata pendek yang mengandung penjelasan yang panjang.
Suara “Aah..!!!” itu tidak diucapkan oleh orang yang mendengarkan karena ia menyimak lagu, ia juga tidk diucapkan oleh orang di sekitar penyanyi itu karena melihat wajahnya. Sebab suara “Aah..!!!” adalah desahan yang terlontar dari orang yang meminjamkan telinganya untuk lagu-lagu yang ditenun dari serpihan desah nafasnya kata-kata.
Alunan nada musik adalah desahan nafas kehidupan yang mementaskan potongan kecil sejarah kehidupan masa silam. Ia adalah desahan nafas yang menguak tabir rahasia dengan kekuatannya. Maka setiap saya menyaksikan wajah orang-orang yang mendengarkan alunan musik, saya melihat perubahan raut wajah mereka.
Wajah-wajah mereka kadang mengkerut sedih dan kadang melebar ceria, mengikuti perubahan irama musik yang mereka simak. Dari perubahan bentuk fisik mereka, saya dapat mengetahui sifat-sifat mereka. Dari keadaan lahiriah itu, saya dapat mengungkapkan sisi-sisi batiniahnya.
Alunan musik adalah puisi dan lukisan. Ia menggambarkan keadaan manusia yang berbeda-beda. Ia menggoreskan keadaan hati dan menerangkan khayalan yang menjadi keinginan manusia. Alunan musik juga memperkatakan apa yang terjadi di dalam lubuk hatinya. Alunan nada-nada musik menggoreskan lukisan keinginan; keinginan terindah yang diidam-idamkan oleh semua manusia.
Musik adalah jemari halus yang mengetuk pintu kalbu untuk membangunkan kehangatan dari tidurnya yang lelap. Ketukan jemari itu membuat hamparan kenangan hadir kembali, setelah hilang ditelan pekatnya malam. Ketukan itu membuat kenangan masa silam terbuka kembali, setelah diselubungi berbagai peristiwa yang selalu datang silih berganti.
Alunan nada-nada musik adalah senandung lembut yang kerap hadir di lembar-lembar imajinasi. Jika nada-nada itu dilantunkan dalam melodi kesedihan, maka ia menghadirkan kenangan silam di saat gundah dan putus asa. Tapi jika dilantunkan pada saat hati senang, maka musik menghadirkan kenangan silam di saat damai dan bahagia.
Alunan nada-nada musik adalah kumpulan suara kesedihan yang membuat segala kegelisahan memenuhi tulang rusuk, lalu menghadirkan seribu duka. Tapi ia juga bias berupa susunan kata-kata ceria yang segera menguasai kalbu kita, lalu menari riang di sela tulang rusuk, menghadirkan seribu bahagia.
Alunan nada musik adalah bunyi petikan pada dawai, yang masuk pada pendengaran kita, membawa gelombang lembut. Kadang ia mampu memaksa tetesan air mata menyeruak dari kelopak, karena merasa gerah bagai tersulut oleh api kerinduan, tak tahan pada desakan gelisah cinta yang luka tergores cakar-cakar penantian.
Namun ia juga mampu menghadirkan simpul senyuman yang keluar perlahan dari gerakan lembut sepasang bibir indah, sebagai isyarat rasa senang dan bahagia. Alunan nada musik adalah nafas terakhir akalnya hati dan nafasnya jiwa.

_______________________________________