Selasa, 09 November 2010

"Kidung Hujan"


Aku adalah benang-benang perak yang diulurkan oleh para dewa dari tempat-tempat yang tinggi, kemudian diambil oleh bumi untuk dijadikan hiasan lembah-lembahnya.
Aku adalah kumpulan mutiara yang terpatri pada mahkota Isytar, kemudian dicuri oleh puteri-puteri pagi untuk dipasang di kebun-kebun bumi.
Ketika aku menangis tersedu, maka kabut pun tersenyum ceria.
Saat aku merunduk hina, maka bunga-bunga di kebun mendongak dengan angkuhnya.
Awan dan kebun adalah dua kekasih yang saling mencinta, sedangkan aku adalah kurir pesuruh yang selalu siap di antara dua kekasih itu.
Aku jatuh bercucuran untuk mendinginkan rasa haus di satu tempat, serta menyembuhkan kekeringan di tempat lain.
Gelegar suara petir dan kilatan pedang halilintar selalu menyambut kedatanganku, dan pelangi mengumumkan berakhirnya persembunyianku.
Itulah gambaran kehidupan di bumi ini. Kehidupan senantiasa dimulai oleh keangkaramurkaan, kemudian berakhir dengan cengkeraman kematian yang sunyi.
Aku naik dari kedalaman dasar danau dan berjalan melintasi sayap-sayap cakrawala.
Ketika aku menyaksikan taman-taman di bumi, maka aku menjatuhkan diri, mencium kelopak bunga-bunganya dan memeluk dahan-dahannya.
Dalam keheningan, aku mengetuk langkan jendela rumah manusia dengan jemariku yang lembut. Suara ketukan itu kemudian menciptakan gubahan sebuah lagu yang hanya akan dimengerti oleh jiwa-jiwa yang penuh perasaan.
Panas terik yang ditimbulkan oleh udara telah melahirkanku, tetapi kemudian aku membunuh panasnya udara. Seperti itulah keadaan perempuan yang mengalahkan laki-laki, dengan kekuatan yang diambilnya dari laki-laki itu pula.
Aku adalah rintihan panjang yang dikeluhkan lautan.
Aku adalah cucuran air mata kesedihan langit.
Aku adalah senyum ceria kebun-kebun bunga.
Begitulah hakikat cinta. Ia adalah rintihan panjang yang dikeluhkan oleh lautan perasaan kasih sayang. Ia adalah cucuran air mata kesedihan langit pikiran. Ia adalah senyuman ceria kebun-kebun bunga jiwa.

______________________________