Selasa, 08 Maret 2011

Kisah Howard Schultz Si Juragan STARBUCKS


“Secangkir kopi satu setengah dolar? Gila! Siapa yang mau?. Ya ampun, apakah Anda kira ini akan berhasil? Orang-orang Amerika tidak akan pernah mengeluarkan satu setengah dolar untuk kopi.”
            Itulah salah satu sindiran dan penolakan yang diterima Howard, saat menelurkan ide untuk mengubah konsep penjualan Starbucks. Ide Howard dianggap gila oleh 217 orang. MENYERAH? Atau malah BERGAIRAH? Jika pilihan terakhir ini yang Anda lakukan, barangkali suatu saat, sebuah impian membuat bisnis kelas dunia bisa jadi milik Anda.
MASA SULIT
            Lahir pada 1953, Howard besar di perumahan Bay View yang terkenal keras di New York. Ibunya bekerja sebagai resepsionis dan ayahnya pekerja serabutan. Saat Howard berusia 7 tahun, ayahnya kehilangan pekerjaan sebagai supir pengantar layanan popok setelah pergelangan kakinya patah. Parahnya lagi, ayah Howard tidak mempunyai uang atau asuransi untuk berobat.
            Howard muda bermimpi menjadi orang besar, ia berjuang keras untuk menjadi atlit di SMA. Ia pun mendapatkan beasiswa atletik di Universitas Northern Michigan. Setelah lulus dengan gelar sarjana bisnis 1975, Howard segera bekerja di divisi penjualan dan marketing Xerox Corp. Xerox terkenal dengan karyawan yang jago menjual dan training-training penjualan yang hebat.
Pada usia 26 tahun, Howard memutuskan keluar dari Xerox dan bekerja di perusahaan perabotan rumah Perstorp AB asal Swedia untuk menjadi wakil presiden dan manajer di cabang Amerika, Hammerplast USA. Selama di Hammerplast, Howard mengetahui ada perusahaan kecil di Seattle bernama Starbucks (dinamakan dari sahabat karib Herman Melville di kisah klasik Moby Dick) yang membeli banyak mesin ekspresso Hammerplast.
Howard penasaran dan ia pergi mengamati Starbucks. Aslinya Starbucks berdiri pada 1971 dari satu toko saja dekat Pike Street Market yang terkenal di Seattle, Starbucks menjual biji kopi panggang yang segar juga dengan teh, bumbu-bumbu, dan aksesoris pembuatan kopi yang beragam.
Terpesona dengan energy dan keahlian marketing Howard, para pemilik Starbucks Gerald Baldwin dan Gordon Bowker – yang memiliki sedikit pengetahuan bisnis – mengajak Howard bergabung di Starbucks. Howard memiliki bagian kepemilikan saham di Starbucks, ia menjadi kepala marketing dan operasi-operasi ritel pada 1982.
IDE AWAL
Setahun kemudian, Howard jalan-jalan ke Italia, ia terpesona dengan bar ekspresso yang begitu banyak di Milan, ini adalah masa pencerahan bagi Howard. “mengapa tidak membuka sebuah bar kopi di Seattle?” ungkap Howard dalam sebuah wawancara di The New York Times.
Kembali ke Seattle, Howard bercerita kapada bosnya tentang bar ekspresso di Italia. Namun bosnya tidak tertarik. Howard meninggalkan Starbucks pada 1986 untuk membuka sendiri bar ekspressonya yang ia beri nama II Giornale. Howard tak punya cukup uang untuk mengembangkan kedai kopi miliknya, ia pun mengumpulkan investor-investor dari area Seattle. Saat itu Starbucks sedang mengalami kesulitan keuangan, dengan modal dari investor, Howard membeli Starbucks dan menggabungkan kedai kopi miliknya.
Howard teringat masa lalunya yang keras bersama ayah dan ibunya. Ia yakin bahwa pelayanan yang friendly dan efisien dapat meningkatkan penjualan, ia mengadakan training dan menstimulus para karyawan dengan jaminan kesehatan yang komplit baik bagi pekerja penuh dan juga paruh waktu, begitu juga dengan opsi saham, sebuah praktik yang jarang terdengar di perusahaan Amerika. Hasil dari visi Howard, Starbucks mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya di masa 1990-an, berkembang dari 425 toko di tahun 1994 hingga lebih dari 2200 toko pada tahun 1998. Dan perusahaan tersebut memenuhi target dengan mencapai $2 milyar dollar penjualan pada tahun 2000.
Tahun 1992 Starbucks Go Public dan menjual 2,1 juta saham seharga 17 dollar per-lembar. Saat itu Starbucks memiliki 125 gerai dan 2.000 karyawan. Tahun 2002 jumlah gerainya mencapai 5.700 buah dan tersebar di 28 negara. Starbucks mempekerjakan 60.000 pegawai, menghasilkan penjualan sebesar 2,6 milyar dollar, dan tumbuh 20% per-tahun. Menurut Howard, tidak ada rahasia terselubung di balik Starbucks. Produk Starbucks tidak dipatenkan sehingga bisa ditiru orang. “Tapi Anda tidak dapat meniru ‘jwa’ dari sebuah bisnis”. Pada 2002 Howard Pensiun.
Dalam kurun waktu 15 tahun (sejak go public), Starbucks berhasil mengembangkan jumlah gerainya hingga 100 kali lipat lebih. Tahun 2007 Starbucks memiliki lebih dari 13.000 kedai yang beroperasi di 39 negara dan mempekerjakan 139.000 karyawan. Di Indonesia sendiri, Starbucks sudah banyak bersebaran, namun untuk bisa menggandeng Starbucks ke Indonesia diperlukan waktu bertahun-tahun untuk melobinya. 



RAHASIA SUKSES HOWARD
1.    Asuransi Karyawan
Howard Schultz lahir dari keluarga miskin, saat ia masih kecil ayahnya sakit dan tak punya asuransi untuk berobat. Hal ini menginspirasi Howard untuk member jaminan kesehatan. Ini jauh lebih murah dibandingkan biaya training karyawan baru. Strategi ini memenangkan loyalitas karyawan.
2.    Kualitas Terbaik
Anda akan mendapatkan kualitas yang sama baik di Starbucks Indonesia, New York atau Tokyo.
3.    Lokasi Premium
Starbucks akan menfokuskan kedainya pada lalu lintas pejalan kaki terpadat. Starbucks akan menambah gerainya hanya beberapa kilometer dari lokasi sebelumnya hingga suatu kawasan tertentu menjadi pelanggannya. Ini disebut dengan strategi selimut.
4.    Promosi Mulut Ke Mulut
Starbucks menginvestasikan kurang dari 1% pendapatannya untuk iklan, sangat jarang Starbucks di televisi, koran ataupun radio. Starbucks memiliki prinsip menumbuhkan lingkungan yang akan menjadi iklan efektif dari mulut ke mulut oleh pelanggannya.
5.    Bukan Hanya Kopi
Starbucks telah menemukan bahwa konsumen menyukai sesuatu yang manis. People love sugar, and Starbucks offer them in heaps. Tidak hanya menawarkan kopi hitam, Starbucks menawarkan beragam minuman manis, Java Chip Frappuccino disajikan dengan potongan cokelat, krim kocok dan cokelat gerimis di atas, atau Toffee Nut Latte dengan sirup kacang toffee, kocok krim dan renyah Toffee semburan; atau Carmel Macchiato dengan lengket yummy saus karamel, drizzled di atas. Minuman mereka mungkin tidak sehat, tapi Starbucks telah menunjukkan bahwa konsumen desserts cinta mereka, bahkan dalam kedai kopi.

______________________